Bismillah
Beberapa waktu yang lalu saya sempat membaca suatu tulisan yang bagus sekali. Dan Alhamdulillah kemarin saya membacanya lagi, dan langsung saya kaitkan dengan materi 11 di kelas bunsay. Ini, menurut hemat saya adalah salah satu akibat dari ketidak tuntasan seseorang dalam memelihara dan menumbuhkan fitrah seksualitasnya. Kurangnya ilmu seseorang tentang peran gender yang sebenarnya. Baik secara ilmu agama, maupun sosial.
Seriiing sekali kita jumpai kejadian seperti ini. Tapi saking seringnya, sampai terjadi pemakluman dan pewajaran situasi. Padahal, Subhanallah sungguh ini harus kita hentikan. Kata rantai negatif ini harus kita hentikan sampai disini.
Terutama untuk kita yang sudah diijinkan Allah mendapatkan ilmu tentang peran gender dan fitrah seksualitas manusia dan keluarga.
Ceritanya saya paste disini..
Dulu saat Faiz bayi saya harus bekerja di 2 tempat, lalu ada orang komentar,
"Wah kasihan yaa bayinya harus dititipkan gara-gara ibunya kerja!"
Tahun 2017 Faiz baru masuk SD jadi saya resign hanya beraktivitas di rumah, lalu ada orang komentar,
"Wah sayang yaa ijazahnya dulu susah-susah sekolah sekarang hanya di rumah!"
Demi Allah ini yang berkomentar orang yang SAMA! Nanti kalau sekolah spesialis mungkin saya harus siap-siap jika beredar tulisan viral "kenalanku dokter" #ehh 😂
Mungkin kalian tidak percaya. Tapi di dunia nyata saya memang mengalami sendiri menjadi target nyinyiran orang lain dalam perang prokontra ibu bekerja dan ibu di rumah. Kerja salah. Tidak kerja salah. Itu kalau tujuan hidup cuma buat dapat pengakuan orang lain. Tidak akan bisa kita menyenangkan semua manusia 😊
Alhamdulillah tujuan hidupku itu untuk memenuhi tujuan penciptaan Rabb-ku. Bukan untuk sembah puja-puji semu dari manusia. Saya bisa tidak marah lho dapat komentar nyinyir begini di dunia nyata. Beneran. Digituin saya bisa senyum diam. Tidak dendam. Paling cuma nginget aja selamanya #ehh 😅
Dulu LDR saat suami tugas handle proyek di pedalaman juga orang komen kenapa istrinya (saya) tidak ikut. Tanpa mereka mencari tahu situasi pekerjaan disana. Anehnya kenapa bukan memilih pembulian subjek komen ditekankan ke suaminya tidak kerja disini saja. Kan harusnya lebih manusiawi bagi keluarga itu. Kenapa? 😂
Woman As A Target Of Bullying
Yaa wanita memang rentan menjadi target. Dicari-cari kesalahan padanya untuk dibuli hingga hancur tak berdaya. Dikatakan jika ada seorang pria dan seorang wanita memiliki hal yang "salah" secara fisik maupun perilaku di mata orang lain, maka kemungkinan besar pria tersebut akan lolos dari komentar. Sementara sang wanita akan habis dicecar.
Kecenderungan ini terjadi dimana-mana pada segala situasi yang biasanya kurang menguntungkan. Sejak masa kanak-kanak, masa ABG pencarian jati diri, cara melahirkan, cara memberi makan anak, hingga setiap pilihan dalam hidup setelah dewasa.
Hidup saya penuh anugrah kemudahan. Saya harus mensyukurinya. Saya mensyukurinya dengan beri pengabdian bagi sesama.
Lagipula pembulian nyinyir orang yang saya terima tidak ada apa-apanya dibandingkan yang dialami wanita lain. Saya pernah beberapa kali bertemu wanita single fighter dan single mother. Subhanallah... betapa nyinyir pembulian orang pada para wanita single yang sedang berjuang menjaga kehormatan dirinya ini.
Para perempuan dewasa yang memilih jomblo meski untuk menjaga kehormatan itu dahsyat sekali pembulian yang diterimanya. Mulai dari dikritik terlalu senang bekerja padahal pekerjaan halal, terlalu rajin sekolah sampai gak sempat pacaran hingga dituduh punya kriteria terlalu muluk. Padahal yaa karena belum ketemu jodohnya saja. Sementara tentu dia harus bekerja untuk membiayai hidupnya juga melakukan kegiatan positif ketika berikhtiar bertemu sang jodoh hidup.
Apalagi para janda. Di mata orang lain menjadi janda itu serba salah. Cerai salah, memilih bertahan juga salah. Dalam setiap kegagalan berumah tangga pasti wanita yang salah! Bahkan meski disitu suami yang selingkuh! 😢
Padahal banyak para janda berjuang hidup baik-baik menjadi orang baik. Tetap saja dipandang negatif. Disakiti dengan komentar yang merendahkan. Tanpa mereka mau tahu perjuangan dibalik kisahnya. Ada seorang ibu tunggal yang dinyinyiri saat dia harus bekerja di luar rumah. Padahal dia memakai busana syar'i dengan pekerjaan halal. Padahal dia harus menghidupi diri dan anaknya. Sementara mantan suami tidak bisa diandalkan.
Ada seorang wanita yang harus berjuang sendirian menjalani SC emergency. Suaminya kabur bersama selingkuhannya. Berat sekali harus hadapi severe engorgement hingga mastitis, bayi jaundice bahkan kemudian ibu mengalami gangguan produksi ASI sebab tekanan hidup luar biasa. Meskipun demikian semangat menyusui bayinya begitu luar biasa. Dia memilih relaktasi saat bayinya harus catch up growth.
Single Mother
Beberapa hari yang lalu saya menemukan gambar ini di akun instagram @amandaoleander. Tampak seorang wanita sedang menyusui bayi sementara kedua anaknya makan di atas punggung. Sementara itu terlihat baju-baju serta barang berantakan di sekitarnya.
Pesan gambar ini sangat mendalam. Karikatur ini digambarkannya untuk mewakili perjuangan para ibu yang harus melakukan semua tanggung jawab di rumah. Bisa para ibu yang ditinggal suami bekerja jauh sepanjang hari atau cerai berpisah dari suaminya. Disini terlihat seorang ibu yang harus menangani semua sendiri. Terkadang mereka juga menjadi tulang punggung supaya keluarga tetap makan. Para ibu tunggal ini berjuang memberikan kenyamanan bagi keluarga meski terkadang dengan menempatkan kenyamanan dirinya sendiri sebagai prioritas terakhir.
Jadi masih mau melontarkan komentar negatif ke perjuangan orang lain? Apalagi yang sama-sama perempuan! Saling bantu memberi kemudahan juga support yang membangun akan lebih membahagiakan. Tebarkan cinta supaya dunia lebih indah ☺
Masing-masing kita punya ujian kehidupan masing-masing. Jangan tambah kepahitan hidupmu dengan bersikap pahit ke orang lain. Pilihlah sepatumu sendiri, tapi jangan paksa orang lain pakai sepatumu itu. Lalu berjalanlah di muka bumi ini untuk menebar kebaikan meringankan beban hidup sesama...
Allohu a'lam bishowab
Annisa Karnadi
#opiniAnnisa #renungAnnisa