Bismillah
Menarik sekali pembahasan kelompok 3 malam ini yang memfokuskan topik bahasan pada perbedaan sex dan gender. Pemaparan nya interaktif dan membuat peserta diskusi ikut aktif dalam diskusi.
Yang saya tangkap, intinya sex adalah jenis kelamin, dan gender adalah peran dari masing2 jenis kelamin. Peran laki-laki dan perempuan (tidak ada selain itu).
Saya sangat senang saat diawal diskusi, penampil menyajikan sebuah video yang berisi anak laki-laki yang memasak, membantu ibu, mencuci piring, dan kegiatan-kegiatan lain yang sepertinya mereka ingin menyampaikan bahwa pekerjaan ini bukan milik perempuan saja loh, tapi laki-laki juga. Kalau bahasa saya, lifeskill itu genderless (meskipun kesimpulan saya ini kurang mendapat sambutan dan mbak penampil, mungkin kurang cocok?).
Saya sebenarnya juga berharap akan ada scene anak perempuan yang bermain mobil-mobilan, membantu ayah memasang lampu, atau kegiatan-kegiatan lain yang selama ini terkesan cowok banget. Tapi mungkin sulit mendapatkan gambarnya? Atau saya yang kurang teliti? Hehe
Sebenarnya saya sudah menduga pembahasan akan (sedikit banyak) mengarah ke feminisme dan yang saya takutkan, feminisme yang diangkat disini adalah feminisme versi kebanyakan, yang setau saya melenceng dari feminisme yang sebenarnya.
Misalnya, orang kebanyakan mengira feminisme adalah sekumpulan perempuan yang ini disetarakan dengan laki-laki dalam segala hal. Padahal setau saya, tuntutan kesetaraan itu dititik beratkan pada edukasi dan pekerjaan. Pekerjaan yang dimaksud bukan perempuan harus melakukan pekerjaan otot seperti yang biasanya hanya dilakukan laki-laki (meskipun sebenarnya bisa juga sih), tapi keadilan fee sesuai Skill dan pekerjaan yang dilakukan. Faktanya, dalam 1 profesi pekerjaan, banyak dijumpai gaji pegawai laki-laki dan perempuan berbeda, hanya karena mereka laki-laki, atau hanya karena mereka perempuan.
Atau hak mendapatkan pendidikan yang layak. Di beberapa negara atau daerah, banyak ditemukan setelah lulus SD atau SMP, pelajar perempuan kembali ke rumah atau menikah. Karena tidak perlu pendidikan tinggi, toh nantinya mereka kembali ke dapur lagi. Betapa mirisnya keadaan ini kan? Nah, hal-hal semacam inilah yang menjadi concern kaum feminis setau saya.
Bukan seperti yang digembar-gemborkan, kalau laki-laki bisa jadi imam, perempuan juga harus jadi imam! Hehehe
Tapi well alhamdullilah menyenangkan sekali diskusi malam ini. Dan semoga makin memotivasi kita untuk memelihara dan memupuk fitrah seksualitas anak2 sesuai tahapan usianya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar