Belajar Statistika

Selasa, 11 Februari 2020

Keranjang Apelku, Apel Literasi

Bismillah


Ini adalah Minggu ke empat kelas ulat. Tidak terasa sudah Minggu ke empat. Dan dalam seminggu ini banyak sekali makanan bergizi yang menggugah selera. Tapi qodarulloh karena berbarengan dengan acara sekolah dan acara lainnya, akhirnya saya hanya mampu mengunyah dua makanan yang saya rasa sesuai dengan peta Dora saya, dan saya butuhkan.

Yang pertama adalah makanan dari keluarga literasi saya yang super keren dan tidak terjangkau oleh rakyat jelata seperti saya, yaitu mba Susi. Mba Susi ini satu HIMA dengan saya lho di Malang. Wow bangga sekali huuhuu

Dari live nya mba Susi, saya dapat banyak pencerahan tentang literasi. Yang pertama, penjelasan tentang literasi. Yaitu adalah keterampilan berbahasa. Saya jadi nostalgia di semester awal perkuliahan dulu, karena saya dari jurusan sastra, beberapa semester pertama diwajibkan lulus 4 keterampilan berbahasa. Yaitu membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Dan ternyata inilah yang dimaksud dengan literasi.

Sebenarnya pembahasan mba Susi cukup panjang dan lengkaaapp sekali. Tapi yang saya catat dengan khusu' adalah bagian literasi anak. Karena sesuai dengan peta Dora saya ya..

Pertama, bagaimana menumbuhkan literasi pada anak sejak dini. Dan caranya adalah :
1. Keteladanan kita
    Yaitu kita memberi contoh dulu pada anak dalam aktivitas literasi. Paling tidak anak sering melihat kita membaca, atau menulis, atau belajar berbahasa.

2. Keteladanan figur
    Figur yang dimaksud adalah orang-orang penting atau terkenal. Misal sahabat, sahabiyyah, para nabi dan Rasul, ulama, dll.

3. Membuat situasi aktivitas literasi yang menyenangkan
    Ruang baca yang menarik, rak buku yang rapi, kegiatan membaca buku yang bervariasi, dll

4. Menunjukkan manfaat membaca (ilmu)
    Terutama kita sebagai orang Islam, diwajibkan untuk menuntut ilmu. Berdasarkan hadist nabi "tholabul ilmi faridhatun ala kulli muslim" atau menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim. Menuntut ilmu bisa dengan cara apa? Banyak membaca, menulis, atau berdiskusi (berbicara dan menyimak).

Lalu bagaimana jika anak kurang bersemangat dalam berkegiatan? Mba Susi beberapa kali menekankan bahwa fitrah anak adalah pembelajar. Tularkan saja virus membaca. InsyaAllah anak pasti akan ikut. Karena antusiasme itu menular (mba Susi mengutip dari entah siapa saya lupa 😩). Selain itu, karena fitrah anak adalah bermain, kita bisa menciptakan suasana membaca seperti bermain. Tidak monoton, dan tidak dihujani dengan tuntutan. Ohya, kita juga diharapkan mengapresiasi sesedikit mungkin progres. Karena menumbuhkan minat membaca anak, lebih sulit daripada mengajari anak untuk membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar